
12th National Scientific Conference on Epidemiology (NSCE) 2025: Perkuat Surveilans dan Kewaspadaan Dini Hadapi Ancaman Kesehatan Akibat Perubahan Iklim
12th National Scientific Conference on Epidemiology (NSCE) 2025: Perkuat Surveilans dan Kewaspadaan Dini Hadapi Ancaman Kesehatan Akibat Perubahan Iklim
Yogyakarta, 22–25 Juli 2025 —
Sekretariat Field Epidemiology Training Program (FETP) Indonesia melalui Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan sukses menyelenggarakan 12th National Scientific Conference on Epidemiology (NSCE) dengan tema “Surveilans dan Kewaspadaan Dini: Menghadapi Ancaman Kesehatan Masyarakat dan Krisis Kesehatan Global terkait Perubahan Iklim”. Kegiatan ini didukung penuh oleh U.S. CDC dan menjadi wadah para epidemiolog lapangan dari seluruh Indonesia dalam meningkatkan kapasitas, membangun koordinasi, jejaring dan kerjasama.
Konferensi ini menjadi forum strategis bagi mahasiswa, alumni, peserta latih, dan mentor FETP untuk mempresentasikan hasil praktik lapangan, berbagi pengalaman pembelajaran, dan membangun jejaring profesional. Tema yang diusung tahun ini menyoroti Dampak Perubahan iklim terhadap kesehatan, khususnya inovasi-inovasi terkini tentang kewaspadaan dini mendeteksi pola penyebaran penyakit menular dan tidak menular, faktor risiko lingkungan, serta inovasi teknologi kecerdasan buatan.
Forum ini juga menjadi ajang mengembangkan kapasitas penulisan ilmiah, dan diseminasi hasil kajian epidemiologi bagi Mahasiswa, Alumni dan Peserta Latih FETP Frontline dan Intermediate melalui Presentasi Oral dan Poster. Dari total 209 submission abstract yang diterima oleh Sekretariat FETP Indonesia, 78 diantaranya dinyatakan lolos ke NSCE sebagai Presenter Oral dan Poster. Kemudian mahasiswa aktif FETP Advanced, peserta latih Frontline dan Intermediate tersebut mempresentasikan hasil kajian epidemiologinya menggunakan bahasa inggris dan dinilai oleh juri-juri kompeten. Hal ini juga menjadi wadah untuk mempersiapkan Mahasiswa, Alumni dan Peserta latih untuk berkompetisi di FETP Regional dan Internasional seperti yang terdekat adalah 2nd SAFETYNET Scientific Conference yang akan diadakan pada tanggal 22-26 September 2025 di Kuala Lumpur, Malaysia dengan Tema “Field Epidemiology in a Changing World: advancing health amidst the evolving ecosystem and technology”.
Pre-Conference Berikan Wawasan Baru
Sebelum konferensi utama, diselenggarakan sesi Pre-Conference dengan tiga kelas utama: Non-Communicable Diseases (NCD), Initiative 7-1-7, dan Hazard Calendar. Sasaran peserta adalah mahasiswa, para mentor dan dosen FETP. Berdasarkan umpan balik peserta, lebih dari 65% menyatakan mendapatkan wawasan dan pengetahuan baru yang relevan untuk pekerjaan maupun studi. Materi seperti metode 7-1-7 untuk deteksi dan respon cepat, strategi pemantauan PTM, serta penyusunan kalender hazard dinilai sangat aplikatif dan membantu perencanaan program kesehatan di daerah.
Pleno: Dampak Perubahan Iklim pada Epidemiologi Penyakit
Sesi pleno membahas keterkaitan perubahan iklim dengan epidemiologi penyakit. Peserta memperoleh pemahaman tentang pemetaan kerentanan penyakit berbasis iklim, strategi pengendalian vektor melalui teknologi Wolbachia, serta prediksi pola penyebaran penyakit akibat cuaca ekstrem. Lebih dari 66% peserta menyatakan materi ini memberi pembelajaran baru dan bermanfaat langsung dalam pekerjaan mereka, terutama untuk penguatan kewaspadaan dini dan advokasi kebijakan kesehatan berbasis risiko lingkungan.
Dampak Nyata bagi Pekerjaan Peserta
Banyak peserta berencana mengimplementasikan pengetahuan yang diperoleh, antara lain:
- Menerapkan metode 7-1-7 untuk mempercepat deteksi dan respon KLB.
- Menyusun Hazard Calendar berbasis tren penyakit tahunan.
- Mengadvokasi penerapan teknologi Wolbachia untuk pengendalian DBD.
- Mengintegrasikan data iklim ke dalam sistem surveilans dan perencanaan intervensi kesehatan.
Membangun Kapasitas Epidemiolog Lapangan
Program FETP di Indonesia kini tersedia dalam tiga level—Advanced, Intermediate, dan Frontline—melalui kerja sama dengan tujuh universitas terkemuka. Kegiatan NSCE menjadi bagian penting dalam memperkuat kapasitas tenaga epidemiologi lapangan, sejalan dengan target kebutuhan nasional 1 epidemiolog per 200.000 penduduk.
Dengan berakhirnya 12th NSCE 2025, diharapkan kapasitas para professional epidemiolog semakin solid dan high profile serta siap menghadapi tantangan kesehatan global, demi perlindungan kesehatan masyarakat Indonesia, regional dan global.
Sampai Jumpa para Epidemiologist di NSCE tahun depan !